88KulinerMakan - Pria bertubuh mungil itu bangun dari tempat duduknya. “Piyoh-piyoh (bebrapa berkunjung), ” tuturnya menegur konsumen. Di langit, matahari mulai terbenam dibalik awan, Senin (2/4/2018).
Tersebut Agus.
Mulai sejak 2007 lantas, pria asal Desa Hagu Tengah, Kecamatan Banda Sakti, Kota Lhokseumawe, Aceh itu buka rack berjualan sate. Dia tawarkan dua type sate, yakni ayam serta daging sapi. Diracik dalam bumbu kacang serta bumbu sate padang.
Pria memiliki rambut cepak itu mengakui mulai berjualan sate di lokasi yang di kenal dengan sebutan Jasbret (Layanan Beurata) itu mulai sejak 1997 yang lalu.
Tetapi, waktu itu dia menolong pamannya berjualan. Mulai sejak 2007 dia buka usaha sendiri. “Lumayan, satu hari dapat laris dua kg daging, sama 1 ekor lebih ayam, ” tuturnya sembari memotong lontong untuk jadikan padanan sate.
Mulai sejak jam 09. 00 WIB, Agus, mulai mempersiapkan bahan dagangannya. Dia mulai mempersiapkan lontong lantas mengiris kecil-kecil daging ayam serta sapi untuk dimasukkan ke tusuk sate.
Sekitaran jam 16. 00 WIB, baru dia buka dagangannya, persis dimuka pintu pagar Pendopo Bupati Aceh Utara.
Kursi plastik berjejer rapi di sekitaran rack dagangan itu. Disanalah, warga nikmati kuliner malam hari mulai sejak beberapa puluh th. kemarin.
Di bagian kiri rack itu ditempatkan tungku kecil untuk memanggang daging. Persis di sebelahnya dua tempat bumbu sate bumbu kacang serta bumbu padang teratur rapi.
Tangan Agus cekatan mengipas arang, lantas membungkus sate. Bila dikonsumsi di lokasi itu, jadi ditempatkan di piring yang di buat serapi mungkin saja. “Saya mengolah bumbunya umum saja. Tetapi menurut pelanggan, rasa-rasanya enak, ” kata Agus.
Dia tidak ingin menerangkan detil sistem racikan bumbu kacang serta bumbu sate padang itu. Tetapi, keunggulan Agus, dia ikhlas memberi bumbu semakin banyak pada customer.
“Bumbu ini kan ibaratnya kuah, customer dapat pilih banyak atau tidak. Saya kasih lebih bumbunya, ” tuturnya.
Untuk cabai rawit yang sudah dihaluskan, Agus menempatkannya dibalik daun pembungkus sate. Supaya, customer dapat berikan ukuran sendiri rasa pedas yang dikehendaki.
Salah seseorang konsumen, Muhammad Subri, mengakui lebih pilih berlangganan sate dengan Agus. “Bumbunya semakin banyak, tidak pelit bumbu serta cabainya dapat kita atur sendiri, ” jelas Muhammad.
Sore makin merangkak mendekati senja. Perlahan-lahan lampu mulai dinyalakan. Sampai jam 02. 00 WIB awal hari Agus juga akan menanti konsumen. Mencicipi sate racikannya yang semakin disukai.
No comments:
Post a Comment